KKN The E.N.D ( Elation Never Dies )

#FollowingUs  Melihat Pertama Kalinya ( Our Happy Place “ Desa Batu Berdaun”)



"Ikutin gaya Fika Pak, dia kalo foto suka tutup muka." celetuk siapa lagi itu


Setelah 3 jam pelayaran menuju Dabo Singkep akhirnya kita tiba di Pelabuhan “Jagoh” yang langsung mengingatkan saya akan cerita sahabat saya yang asli penduduk dabo dan setiap pulang kampung pasti melewati pelabuhan ini  “ Oh, ini toh Jagoh”. Tiba di jagoh kita langsung diantar ke gedung nasional untuk diterima secara resmi oleh Bupati Lingga yang saat itu diwakili oleh salah satu staffnya karena beliau sedang berhalangan hadir.”


Dalam perjalanan jagoh menuju gedung nasional isinya dipenuhi oleh bayangan seperti apa “desa batu berdaun”. Sebelum berangkat dan begitu melihat bahwa penempatan saya yang awalnya desa kuala raya menjadi desa batu berdaun saya langsung mencari tahu seperti apa desa batu berdaun lewat berbagai media dan langsung bertanya pada sahabat saya yang asli Dabo. Jujur sekali minim informasi tentang desa batu berdaun di internet, dua postingan yang terkait itu malah berisi berita menyeramkan karena yang satu berita pembunuhan dan satu lagi adalah kita berhasil menemukan foto pak kades yang wajahnya itu penuh wibawa dan tegas dan sedikit membuat kita berpikir bapaknya galak nih. Info dari sahabat asli dabo cukup memberikan hiburan, batu berdaun itu pantai, kawasan wisata, bagus pokoknya tapi sepi dan sering jadi tempat muda – mudi pacaran sehingga sering dirazia. Apa yang terbesit di hati saya adalah “ kita bakal kerja keras “, hahahah.

Ternyata dari jagoh ke gedung nasional itu jauh juga, jadi setelah dari jagoh itu saya langsung nemu plang desa plakak dan teringat bahwa salah satu teman ditempatkan disitu dan berarti dia sudah tau dia ditempatkan dimana karena sudah dilewati. Masih meraba – raba seperti apa desa batu berdaun itu, setelah jagoh ada daerahnya hutan – hutan dan diseberangnya pantai lalu kalau gak salah ya itu bagian singkep pesisir. Awal – awal daerah setelah jagoh ini agak gersang dan jadi teringat daerah batam setelah punggur yang sangat gersang, sehingga waduh segersang inikah tempat saya mengabdi ?wah butuh kekuatan ekstra nih untuk adaptasi. Tabahkan hati karena ini KKN, mengabdi bukan sekedar wara - wiri menghibur diri.

Di gedung nasional kita disambut dengan baik oleh pemerintah kabupaten lingga yang selanjutnya adalah kita pertama kali ketemu sama bapak kades desa batu berdaun yang bakal jadi ayah asuh kita selama kurang lebih sebulan. Bapaknya nyeremin, saya lebih memilih diam. Setelah mengangkut barang, lansung tancap ke Desa Batu Berdaun yang kemudian lagi dan lagi diikuti oleh bayangan seperti apa rumah kami nanti , seperti apa lingkungan kami nanti.

Desa batu berdaun itu luas banget,jadi dari yang di bagian pertama desa itu padat sekali lalu sepi dan lalu rame lagi penduduknya. Pantai , yeaaay pemandangan pantai langsung membius mata saya tapi masih penasaran seperti apa rumah kami yang kami tempati karena jujur saya sudah menyiapkan banyak hal diantaranya bawa bantal sendiri. Tiba, kami diberhentikan disebuah lapangan voli. Lalu dimana rumah kami ?pak kades yang naik motor dalam mengiring kami tadi lantas bilang “ itu yang kuning Rumah kalian ?” rumahnya masya ALLAH.

“yang kuning itu pak ? “ salah satu dari kami bertanya masih kurang percaya.

“iya,kuning yang itu.” Pak kades mengulangi dan memang hanya rumah itu disekitar situ yang berwarna kuning.

     Begitu kami tiba dirumah, diberikan kunci rasa – rasanya mau sujud syukur dan langsung teringat salah satu ayat yang ada disurah Ar Rahman “Fabiaayi ala irobbikuma tukazzibaan” nikmat tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Bahkan sangking gak percayanya ini rumah bakal kami tinggali sampai ada yang nanya.

“ini beneran rumah kami pak ? malam  ini aja atau nanti kami pindah lagi kerumah yang sebenarnya?”entah siapa yang nanya waktu itu dan pak kades mengiyakan sambil berdiskusi dengan DPL kami.

Untuk mahasiswa KKN jujur rumah ini melewati ekspektasi kami. Pak kades lalu pergi dan kami diberikan kesempatan oleh DPL untuk berkemas dan menjelajahi rumah baru kami. Rumah kuning ini memiliki 3 kamar yang kamar utamanya langsung disetujui sebagai kamar wanita. Dikamar ini hanya ada satu tenpat tidur king size dan karena kami berjaumlah 6 orang wanita maka diputuskan 4 wanita tidur di bed king dan 2 orang lagi tidur dengan spring bed tambahan dari kamar sebelah dan artinya para lelaki mengalah untuk tidur lesehan.

Rumah ini udah lengkap, sehingga barang- barang yang kita rencanain untuk dibeli kita minimalisir. Semua ada, rice cooker buat masak nasi, piring, gelas, panci plus segala macam, Teflon, kulkas, kipas angin dan segala macam ada kecuali kompor dan untungnya kita sudah persiapkan dari tanjungpinang. ALLAH maha tau banget kalau rumah ini gak ada kompor jadi dari sekian banyak barang kita usaha banget buat bawa kompor dan ternyata emang cuman kompor yang gak ada. Sumpah ini pengaturan yang keren dari ALLAH

Telah beres masalah rumah sekarang masalahnya kita dan DPL bakal makan malam apa ? seperti yang sudah direncanakan di Tanjungpinang maka kita akan membeli nasi padang tapi jarak desa batu berdaun ke Kota Dabo untuk beli nasi padang itu jauh sekali dan sudah malam pastinya saat pulang nanti. Masih bingung terkait masalah itu, pak kades datang dan mengabarkan bahwa kami diundang makan malam sebagai penyambutan di desa batu berdaun disebuah rumah yang tidak jauh, hanya berjarak dua rumah dari rumah kami yaitu rumah bu Ana.

Malam yang teramat luar biasa untuk saya pribadi, first time sekali orang – orang mempercayakan hal-hal yang bersifat wanita banget pada saya. Malam itu kami diundang makan dirumah Bu Ana, sebuah tempat seperti ada saung persis disamping rumahnya dan sering juga digunakan oleh warga sekitar untuk duduk duduk melepas penat. Bu Ana dan Bu kades sedang memasak, dan pak pak kades telah menunggu di saung bersama nasi dan piring piring yang tertata rapi ditengah. Malam itu kami dijamu ikan segar hasil dari mukat oleh pak ucu yang merupakan suami bu ana, ada sambel yang luar biasa enak dan sayut tumis kacang panjang seingat saya.

Beda dari biasanya, malam itu saya benar benar didaulat jadi wanita. Bukan berarti selama ini gak wanita, tapi untuk aktivitas beginian jujur gak pernah dilakukan dan first time di KKN dan itupun terjadi karena joni udah ngedumel dari seberang “ fik, sendokin nasi dan lauknya kan cewek juga.” Ini kenapa saya kesel banget sama joni, tapi inget lagi siapa yang mau repot repot bawa tas kalau bukan bocah ini. Saya diemin aja sambil kasih tatapan cuek karena kan masih ada 5 wanita lainnya hingga dosen dpl yang kebetulan dosen sehari hari dikampus yang untuk pertama kali pasti yang diinget adalah segelintir mahasiswa dari kampusnya  manggil nama saya “ iya fika, sendokin yang lainnya biar kebagian semua “ lalu yang lain pada setuju dan akhirnya malam itu seperti wanita yang wanita banget menyedokin piring piring dengan nasi dan kita makan. Dan malam itu membuat saya wanita banget dan permulaan benar benar menjadi wanita bermula.
Pertama Kali Rempong

Setelah makan malam kita ngobrol asik bareng pak kades, bu kades dan bu Ana lalu diperkenalkan dengan tetangga sekitar seperti pak rw , pak ucu dan nenek yang tinggal di sebelah rumah kita. Malam itu menggembirakan walaupun aura horror pak kades masih membuat saya gak mau banyak berkomentar dulu apalagi dengan kemampuan bahasa melayu dan penafsiran saya yang pas – pasan , aduh mending mencerna dulu.

Sepulang dari ramah tamah di saung bu Ana kita berkumpul dan fix pertama kali mengukuhkan diri sebagai bagian dari keluarga kecil ini untuk sebulan kedepan. DPL kami pak wayu harus segera menyambangi anak –anak lainnya di desa sebelah, malam itu layaknya sebagai sebuah keluarga yang pastinya orangtua yaitu bapak memberikan kami nasehat, sesuatu yang tidak akan kami lupakan selama sebulan kedepan tentunya, kira kira begini “ lagi senang- senang, tapi bulan madu ini akan segera berakhir yaaa setelah itu harus kerja, mengabdi, akan ada konflik yang timbul diantara kalian, sudah dewasa dan mahasiswa pula,  jadi nanti harus bijaksana saja dalam menghadapi masalah, baik baik sama warga dan selalu minta bimbingan pak kades untuk semua keperluan disini nanti, pokoknya tetap komunikasikan juga semuanya , perkembangan dan masalah kepada saya.”

Malam itu adalah pertama kalinya kami bermalam di Desa Batu Berdaun, malam itu juga sebuah keluarga benar akan mengalami hal hal ajaib sebagai sebuah keluarga dan malam itu menjadi awal kita belajar dan menemukan batasan serta hal – hal tak terduga yang ternyata kita memilikinya. Makanya pengalaman KKN itu luar biasa, Keluarga Desa Batu Berdaun memulai cerita…….


Keluarga Kita " Desa Batu Berdaun"


Dipaksa Normal jadi senyum ajaaa alias ada yang ngamuk karena kalau foto ditutupin terus 


Komentar

Postingan Populer